Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:43 WIB | Rabu, 21 Oktober 2015

Pameran "Jalur Rempah-The Untold Story " di Museum Nasional

Mendikbud Anies Baswedan (kiri) ketika membuka pameran “Jalur Rempah: The Untold Story” di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (18/10). (Foto: museumnasional.or.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bina Museum Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan didukung oleh Museum Nasional menggelar pameran bertajuk "Jalur Rempah: The Untold Story". Pameran yang bertujuan menunjukkan peran penting Indonesia dalam peta perdagangan jalur rempah dunia itu digelar di Museum Nasional, Jakarta, pada 18 - 25 Oktober.

Kemasyhuran rempah-rempah Indonesia sudah tercatat di banyak manuskrip kuno sebagai bagian penting dalam pembentukan peradaban dunia. Rempah-rempah Indonesia juga menjadi salah satu komoditas penting dalam jalur perdagangan, bahkan sejak zaman kejayaan kerajaan-kerajaan besar di dunia. Apabila perjalanan rempah-rempah itu dipetakan, Indonesia akan menjadi pusat dari jalur rempah dunia.

Mendikbud Anies Baswedan mengungkapkan, kiprah Indonesia menjadi bangsa besar ditemukan pada jalur perdagangan rempah-rempah, yang pernah menjadi komoditas andalan Nusantara semenjak zaman kerajaan dan kesultanan.

“Jalur perdagangan rempah itu hampir seluruhnya melewati laut. Karena itu kita bisa membaca pesan bahwa kejayaan itu diraih melalui penguasaan jalur maritim Nusantara,” kata Anies ketika membuka pameran “Jalur Rempah: The Untold Story” di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (18/10).

Karena itu, kata Anies, kesadaran akan pentingnya laut dan maritim menjadi sangat penting, untuk terus ditanamkan dalam pemikiran bangsa Indonesia.

Hal itu, bisa dilakukan dengan memunculkan kembali isu tersebut, ke dalam ekspresi-ekspresi budaya Indonesia, mulai dari sastra sampai seni. Sebab menurut Mendikbud, imajinasi bangsa tentang laut dan maritim sudah lama kosong.

"Saya rasa ini pesan yang perlu digaungkan terkait jalur rempah ini," kata Anies.

Kawasan Nusantara sendiri, sudah sangat lama dikenal sebagai penghasil rempah dengan kualitas nomor wahid dan berharga mahal dan sangat terkenal di dunia.

Pada tahun 400 Masehi, sastrawan India bernama Kalidasa menyebut istilah "Dvipantara" sebagai kepulauan penghasil cengkih dalam kumpulan puisinya berjudul Raghuvamsa.

Para sejarawan mempercayai Dvipantara adalah Nusantara, atau Indonesia setelah merdeka.

Rempah, seperti cengkih dan pala, termasuk komoditas yang sangat berharga dan nilainya lebih dari emas, seperti pernah ditulis oleh Jack Turner, mengutip katalog dari saudagar Italia Francesco Balducci Pegolotti.

Cengkih dan pala sendiri, hanya tumbuh di daerah barat Halmahera, yaitu Tidore, Ternate, Moti, Makian dan Bacan. Selain itu, dua tanaman tersebut juga terdapat di Pulau Banda.

Rempah-rempah dari Maluku, kemudian diperdagangkan di Jawa dan Sumatera, yang membuat Kerajaan Sriwijaya hingga Banten menjadi pusat perdagangannya. Komoditas ini kemudian terkenal ke seantero dunia karena bisa menyejahterakan para pedagang.

Seperti yang sudah diketahui bersama, pundi-pundi kekayaan dari rempah inilah yang membuat bangsa Eropa, termasuk Portugal, Spanyol dan Belanda masuk ke Nusantara dan memulai era kolonialisasi. (museumnasional.or.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home