Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 19:28 WIB | Minggu, 31 Juli 2016

Pemuka Agama Buddha Tidak Salahkan Siapa Pun

Ilustrasi. Sejumlah tokoh agama saling bergandengan tangan saat pembacaan pernyataan sikap terkait kasus Tolikara, Papua, seusai menghadiri halal bihalal di Mapolres Madiun, Jawa Timur, Jumat (24/7). Para tokoh agama di Kabupaten Madiun menyatakan siap menjaga kerukunan beragama dan menahan diri untuk tidak terprovokasi kasus Tolikara.(Foto: Dok.satuharapan.com/Antara)

SUMATERA UTARA, SATUHARAPAN.COM – Pemuka umat Buddha Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, Leo Lopulisa menyatakan, tidak perlu membenci dan menyalahkan siapa pun atas konflik antarwarga yang berujung pembakaran dan perusakan beberapa vihara serta kelenteng setempat.

Kejadian yang menimpa tempat ibadah umat Buddha dan Konghucu pada 30 Juli dini hari adalah aksi spontanitas dan tidak terencana.

“Kami tidak membenci atau menyalahkan siapa pun dalam peristiwa ini. Biarlah polisi yang mengusut kasus tersebut,” kata Leo di Tanjungbalai, hari Minggu (31/7).

Menurut Leo, "Bagi kita. ini hanya luka luar yang akan membuat kita makin dewasa, semakin kuat dalam menghadapi hidup beragama dan toleran dalam bermasyarakat."

Banyak pihak yang menunjukkan rasa peduli, prihatin dan solidaritas atas kejadian itu, menunjukkan bahwa semua menginginkan kehidupan yang rukun dan saling menghargai satu sama lain.

“Pekerjaan masih banyak, lama dan panjang, menanti kita untuk menyelesaikan masalah ini secara arif dan bijaksana,” kata dia seperti dikutip dari Antara.

Ketua Sang Agung Indonesia (Sagin) Sumatera Utara Kurnia Bangun, berharap semua pihak menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga untuk saling menghormati.

Umat Buddha, Konghucu dan pemeluk agama lain diharapkannya menahan diri serta tidak terprovokasi pernyataan yang mungkin ingin memecah belah kerukunan umat beragama yang terjalin baik selama ini.

Pasca kerusuhan, banyak komentar di media sosial yang selain berisi keprihatinan, namun tidak sedikit pula bernada memojokkan, menghujat salah satu pihak, seperti ingin mempekeruh keadaan.

Demikian juga pernyataan tokoh tertentu di media massa, ada yang terkesan memelintir keadaan sehingga dikhawatirkan dapat memicu kebencian antarwarga.

“Kita secara keseluruhan harus bijaksana dan tidak mudah terprovokasi. Mari berpikir jernih demi terciptanya suasana yang kondusif,” kata Bhiká¹£u di Vihara Tri Ratna Kota Tanjungbalai itu.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home