Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:28 WIB | Sabtu, 24 September 2016

Penelitian Baru Vaksin Zika yang Melindungi Kera

Ilustrasi Seekor kera di Puerto Rico. (Foto: theatlantic.com)

BETHESDA, AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM - Langkah peneliti semakin dekat untuk menemukan vaksin virus zika, yang menyebabkan cacat lahir parah pada bayi perempuan yang terinfeksi saat hamil.

Percobaan vaksin zika yang sedang dilakukan oleh peneliti di National Institutes of Health adalah bentuk generasi baru vaksin, yang menggunakan teknologi DNA (informasi genetik yang tersimpan dalam tubuh makhluk hidup), untuk memicu respons kekebalan tubuh.

Pendekatan yang sangat berbeda yang biasanya dilakukan dalam membuat vaksin, yakni peneliti akan menggunakan virus yang lemah atau bahkan dimatikan untuk merangsang respons kekebalan terhadap penyakit yang ditargetkan.

Namun penelitian baru dengan menggunakan Vaksin DNA, salinan materi genetik dari mantel luar patogen DNA ini dipertemukan ke dalam sel di laboratorium, yang kemudian meniru protein dari virus, namun tidak menyebabkan penyakit. Kemudian disuntikkan ke pasien, fragmen DNA sintetis tersebut akan meniru patogen penyebab penyakit.

Barney Graham, deputi direktur pusat peneliti vaksin di di US National Institutes of Health, mengatakan, "Apa yang kami inginkan adalah, untuk mengenal virus secara mendalam, sehingga dapat membuat lebih banyak antibodi yang dapat memblokir tubuh manusia terhadap infeksi virus."

Menemukan Dosis Efektif

Karena merebaknya epidemi zika, uji klinis awal vaksin DNA sedang dilakukan. Sejauh ini, tak satu pun telah disetujui untuk digunakan manusia di Amerika Serikat, tetapi Graham sedang mencoba untuk membuat dosis efektif untuk perlindungan.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science yang melibatkan kera, peneliti melaporkan bahwa 17 dari 18 kera yang mendapat dosis dua vaksin benar-benar terlindungi. Sedangkan enam kera yang mendapat dosis tunggal, menjadi lemah dan terinfeksi zika, tetapi masih lebih sehat dibandingkan yang sama sekali tidak memperoleh vaksin.

Graham menunjuk ke sebuah keuntungan besar dari vaksin DNA.

"Karena itu menjadi bentuk standar, kita dapat memproduksi sendiri dan memindahkannya melalui sistem yang sangat cepat, bahkan melalui proses regulasi yang cepat, dan berharap untuk masuk ke dalam uji coba lapangan sesegera mungkin sebelum epidemi merebak, dan kita benar-benar bisa mendapatkan jawaban, 'Apakah vaksin ini berhasil, jika tidak, apa yang respons antibodi yang diperlukan untuk melindungi orang-orang tersebut?” kata Graham.

Graham menambahkan, pendekatan DNA telah menjadi standar dalam upaya untuk mengembangkan vaksin untuk penyakit lain termasuk ebola, virus West Nile, SARS, flu dan AIDS. (voanews.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home