Loading...
MEDIA
Penulis: Melki Pangaribuan 13:09 WIB | Selasa, 16 Juni 2015

Pengungsi di Melbourne Buat Serial Parodi Online

Shahin Shafaei (kiri), Osamah Sami, dan Rain Fuller (kanan). (Foto: ABC News/Gloria Kalache)

MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM - Dua pengungsi di Australia menggunakan situs YouTube untuk menampilkan tayangan humor atau parodi untuk mematahkan stereotip yang berkembang di masyarakat.

Mereka menciptakan 10 serial online berjudul "Dua Pengungsi dan Seorang Berambut Pirang".

Aktor sekaligus penulis, Osamah Sami, dan sutradara Shahin Shafaei adalah pengungsi yang berusaha menceritakan pengalaman mereka sendiri untuk serial tayangan ini. Serial mereja juga dibintangi pengungsi lainnya, Behrouz Harvasi.

Osamah lahir di Iran dari orang tua berdarah Irak, datang ke Australia bersama tujuh saudaranya dan menetap di Melbourne.

Osamah anak tertua dari delapan bersaudara. Ia berusia 13 tahun ketika ia dan saudara-saudaranya tiba di Australia. Tanpa bisa berbahasa Inggris, ia mengungkapkan, kondisi itu sangat menantang bagi keluarganya.

"Kota tempat saya dibesarkan adalah Vatikan dari dunia Muslim, itu adalah negara di dalam negara, dan saya datang ke sini kemudian tiba-tiba melihat perempuan mengenakan celana jins dan bahkan lebih dari itu, ada gadis-gadis di pantai dan itu membuat saya terkejut tapi dalam arti yang baik,” katanya.

Ia lantas menceritakan, "ketika di Iran, saya adalah orang Irak, jadi saya merasakan penganiayaan di Iran sebagai anak Irak. Saya adalah orang Arab, jadi di sana saya orang asing. Jadi ketika kami datang ke Australia kami bersumpah hal itu tak kan terjadi lagi. Ini adalah awal baru dan penganiayaan itu akan berhenti, tapi nyatanya tidak."

Pengungsi Digunakan sebagai Komoditi Politik

Sementara itu, Shahin dari Iran melalui Indonesia tiba di Australia pada 2000. Ia menghabiskan hampir 22 bulan di Pusat Penahanan Imigrasi Curtin di Australia Barat.

Ketika ia keluar dari rumah detensi, ia mulai membangun hidupnya kembali dengan kegiatan acting, menulis dan menyutradarai, bahkan tampil di pertunjukan solo keliling Australia.

Shahin mengatakan, ia pikir sikap warga Australia terhadap pengungsi telah berubah lebih baik, tetapi secara politik tetaplah sama.

"Bagian terburuknya adalah masih menyaksikan bagaimana politisi menggunakan ini untuk menggalang suara, yang menjadi permainan sangat kotor," keluhnya.

Ia menyambung, "dengan cara itu, kemanusiaan keluar dari jalur karena manusia hanyalah angka, 'mereka bukan manusia', dan itulah sebabnya kami merasa ingin menceritakan pengalaman itu.”

Rain Fuller- yang ikut berperan sebagai salah satu produser di serial itu dan berperan sebagai presenter radio yang menjamu dua pengungsi- mengatakan, ia berharap agar pertunjukan online itu mampu membuka babak baru dalam perdebatan isu suaka.

"Kadang-kadang, sungguh lelah mendapat kabar buruk secara konstan, tetapi melalui komedi, mudah-mudahan kami bisa memberi warna dan cahaya pada kehidupan dan melihatnya dari perspektif yang berbeda dan memulai dialog dengan cara itu," ia menjelaskan. 

Dalam karya terbaru mereka "Dua Pengungsi dan Seorang Berambut Pirang" tidak ada yang di luar batas, mereka percaya bahwa cara terbaik untuk menjembatani kesenjangan adalah dengan menertawakan diri sendiri.

"Kami memahami bahwa masyarakat di lingkungan kita saat ini pandai menertawakan diri mereka sendiri - Anda lihat Kath dan Kim, itu cara terbaik," ujar Shahin.

Ia menuturkan, "hal ini memungkinkan kami untuk benar-benar menggali lebih dalam dan mendorong batas-batas komedi yang mudah-mudahan akan membawa kami ke dalam sedikit masalah, tapi dalam cara yang baik, karena sekarang kami merasa seperti menggerakkan sedikit diskusi seputar isu-isu ini."

Ke-10 episode akan ditampilkan dalam pemutaran khusus pada 24 Juni mendatang. Semua hasilnya akan diberikan ke lembaga Asylum Seeker Resource Centre. Setiap episode akan ditampilkan lewat situs YouTube. (radioaustralia.net.au)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home