Perkiraan GMT Tepat, Wapres: Tak Ada Lagi Perselisihan Hilal
PALU, SATUHARAPAN.COM – Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, berharap perselihan dalam menentukan hilal di Indonesia tidak ada lagi. Menurutnya, perkembangan ilmu pengetahuan sudah kian pesat, seperti tepatnya perkiraan para ilmuwan terkait waktu terjadinya gerhana matahari total.
"Bulan dapat diketahui posisinya bukan sekarang, apalagi besok. Ilmu pengetahuan sudah sedemikian majunya. Jadi tidak perlu lagi ada pertentangan umat, meskipun memang perlu ada kesepakatan," ujar Jusuf Kalla saat pelantikan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulawesi Tengah periode 2016-2021 di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, hari Rabu (9/3), seperti dikutip Antara.
Sosok yang merupakan Ketua Umum PP DMI itu juga berharap umat Islam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. "Orang lain sudah mendarat di bulan, kita masih berselisih di mana bulan berada," ujarnya.
Dua organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia sering berbeda penentuan awal dan akhir Bulan Suci Ramadhan. Salah satu organisasi menggunakan metode ru’yatul hilal dan sebagian lagi lebih mempercayai hisab falaki atau perhitungan astronomis.
Debat dan diskusi hampir selalu bergulir setiap tahunnya. Namun, awal puasa 1 Ramadan dan 1 Syawal Idul Fitri pada tahun 2915 silam dilakukan secara bersamaan baik Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Bahkan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, mengatakan awal dan akhir Bulan Suci Ramadhan selama delapan tahun ke depan tidak ada perbedaan antara Kementerian Agama, Muhammadiyah, maupun Nahdlatul Ulama.
Editor : Bayu Probo
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...