Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 06:38 WIB | Jumat, 09 Oktober 2020

Setengah Penduduk Nagorno Karabakh Mengungsi Akibat Perang

Seorang pria memberi isyarat di jalan di kota utama Stepanakert di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri pada hari Selasa (6/10/2020), selama pertempuran yang sedang berlangsung antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah yang disengketakan. (Foto: AFP)

STEPANAKERT, SATUHARAPAN,COM-Setengah dari populasi di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri telah mengungsi dalam bentrokan antara pasukan Armenia dan Azerbaijan. Pertempuran, dalam salah satu konflik yang paling mudah terbakar yang tersisa setelah jatuhnya Uni Soviet, meletus pada 27 September dan sejauh ini tidak ada pihak yang menunjukkan kesediaan untuk berkompromi.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyerukan diakhirinya "tragedi." Namun konflik tidak mununjukkan mereda, dan telah memperoleh dimensi internasional yang membuat khawatir Barat, dengan Turki mendukung Azerbaijan dan Armenia berharap Moskow, yang sejauh ini berada di “pinggir lapangan”, dapat membantu perjuangannya.

"Tentu saja ini adalah tragedi besar. Orang-orang sekarat, ada kerugian besar di kedua sisi," kata Putin dalam wawancara dengan televisi pemerintah. Bahkan jika konflik berkepanjangan tidak dapat diselesaikan, gencatan senjata harus disepakati "secepat mungkin", tambahnya.

Penembakan oleh pasukan Azerbaijan telah mengubah kota utama Karabakh, Stepanakert, menjadi kota hantu yang dipenuhi amunisi yang belum meledak dan peluru.

Banyak dari 50.000 populasi Stepanakert telah pergi, dengan yang tersisa bersembunyi di ruang bawah tanah. Mereka terganggu oleh sirene serangan udara sepanjang malam saat beberapa ledakan meledak di kota yang dalam kegelapan total.

Perempuan dan Anak-anak Mengungsi

Kota itu terkena serangan baru di hari Kamis (8/10) pagi, dengan asap terlihat dan suara yang menunjukkan sumbernya adalah pesawat tak berawak, kata seorang koresponden AFP. "Menurut perkiraan awal kami, sekitar 50 persen penduduk Karabakh dan 90 persen perempuan dan anak-anak, atau sekitar 70.000-75.000 orang, telah mengungsi," kata ombudsman hak Karabakh, Artak Beglaryan.

Azerbaijan menuduh pasukan Armenia menembaki sasaran sipil di daerah perkotaan, termasuk kota terbesar kedua Ganja. Dan juru bicara jaksa, Gunay Salimzade, mengatakan 427 tempat tinggal yang dihuni sekitar 1.200 orang telah hancur sejak dimulainya konflik saat ini.

Komite Palang Merah Internasional pada akhir pekan mengecam "laporan penembakan tanpa pandang bulu dan dugaan serangan lain yang melanggar hukum", dengan mengatakan "sejumlah" warga sipil telah kehilangan nyawa mereka.

Turki Bantu Azerbaijan

Baku dan Yerevan selama beberapa dekade terjebak dalam konflik yang membara atas Nagorno-Karabakh dan upaya untuk menemukan resolusi akhir selalu menemui jalan buntu.

Wilayah itu memisahkan diri dari Baku dalam perang tahun 1990-an yang merenggut nyawa sekitar 30.000 orang dan menyatakan kemerdekaan.

Sekitar 140.000 penduduk Nagorno-Karabakh hampir secara eksklusif adalah orang Armenia. Ia tetap diakui oleh komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tidak ada negara, termasuk Armenia sendiri, yang mengakui kemerdekaannya.

Pertempuran sporadis telah sering meletus sejak gencatan senjata pada Mei 1994, terutama pada tahun 2016 dalam letusan yang dianggap banyak orang sebagai perang singkat.

Tetapi analis mengatakan bahwa elemen pengubah permainan kali ini adalah keterlibatan Turki, yang dilaporkan telah mengirim pejuang Suriah pro Ankara untuk membantu Azerbaijan dan juga drone produksi dalam negeri yang telah dikerahkan dengan sukses di Libya dan Suriah.

Dalam sebuah wawancara Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan "dukungan penuh" Turki telah memotivasi sekutunya Azerbaijan untuk menyalakan kembali pertempuran, menggambarkan peran pasukan Armenia sebagai "operasi kontra terorisme".

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, 1.200 pejuang suriah telah dikirim oleh Turki dan setidaknya 64 orang telah tewas.

Tetapi Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa dunia harus mendukung Azerbaijan sebagai "pihak yang benar", dengan menggambarkan Armenia sebagai "penjajah". (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home