Loading...
BUDAYA
Penulis: Eben E. Siadari 07:21 WIB | Jumat, 01 Januari 2016

Tahun Berganti, Benny Panjaitan Panbers Belum juga Sadarkan Diri

Formasi lengkap Panbers di masa jaya, sebelum Doan meninggal dunia. Benny Panjaitan berbaju merah ketiga dari kiri. (Foto: dok bintang.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Selama empat hari berturut-turut vokalis band legendaris Panbers, Benny Panjaitan berada di Rumah Sakit Sari Asih Ciledug, Tangerang Banten. Tahun sudah berganti, tetapi pria yang suaranya sangat khas ketika membawakan lagu-lagu ciptaannya -- seperti Terlambat Sudah dan Gereja Tua --belum juga sadarkan diri.

Menurut dokter, sebagaimana dilaporkan oleh bintang.com, ada cairan di otak pria berusia 67 tahun tersebut. Itu yang menyebabkan ia belum sadar.

Menurut informasi kerabatnya, Benny masuk rumah sakit empat hari lalu dengan tekanan darah yang tinggi.

"Tensi 220, pas sampai di rumah sakit ia tak sadarkan diri, dan sampai saat ini masih belum sadar," kata Bardi, kerabat Benny Panjaitan saat dihubungi wartawan, Kamis (31/12/2015).

Menurut bintang.com, Benny memang memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Karena tensi yang berlebih tersebut, ia pernah jatuh di toilet karena mengalami pendarahan otak yang menyebabkan dirinya terserang stroke.

Alhasil, semenjak itu Benny pun mulai menjalani hidup sehat. Menurut Bardi, ia belakangan tak pernah mengkonsumsi kopi dan juga merokok. Meski sudah berusaha menjaga kesehatan dan melakoni hidup sehat ternyata Benny Panjaitan harus menerima kondisi tubuh yang lemah.

"Mas Benny itu kalau soal kesehatan sangat terawat. Kopi tidak, merokok juga enggak. Tapi yang namanya sakit bisa aja. Karena faktor usia juga kan. Kalau makanan dia selalu menjaga," tandas Bardi.

Motor Utama Panbers

Di Panbers, selain sebagai vokalis dan memegang rhythm guitar, Benny Panjaitan juga adalah motor utama. Hampir semua lagu yang pernah dipopulerkan Panbers adalah ciptaannya. Menurut Wikipedia yang menurunkan profilnya, peran dan fungsinya sama vitalnya dengan John Lennon di The Beatles, Freddy Mercury di Queen, dan Mick Jagger di Rolling Stones. Untuk ukuran Indonesia, setara dengan Achmad Albar di God Bless, dan Rhoma Irama di Soneta Group.

Benny  lahir di pengungsian pada zaman perang. Sang ibu sedang hamil tua anak kedua (Benny) ketika harus mengungsi dari Medan. Melintasi Siantar dan berakhir di Tarutung dimana Benny dilahirkan. Saat tinggal di Palembang, Benny (hingga usia 15 tahun) pernah berlatih bermain biola selama 10 tahun dengan berguru pada seorang Jerman. Ia terobsesi ayahnya yang dulu senang main biola. Disamping biola ia juga menguasai alat musik gitar dan keyboard. Benny kecil berjiwa keras, banyak kemauan dan keinginannya harus dituruti. Meski begitu ia banyak memberikan pengarahan kepada adik-adiknya. Adik-adiknya juga pernah ikut les musik, tapi akhirnya semua lebih otodidak dalam menguasai alat musik.

Sewaktu tawaran rekaman pertama datang, ia sudah kuliah di Sekolah Tinggi Teknik Nasional, sekarang (menjadi) ISTN Jakarta. Pikirannya sempat terombang-ambing karena ayahnya selalu mengatakan harus menyelesaikan sekolah. Tak mau menyianyiakan kesempatan, ia pun meminta izin ayahnya. Sang ayah memberikan restu dengan memberikan pilihan untuk berkarya, tapi syaratnya harus hidup dari karyanya tersebut, namun jangan sampai tidak lulus sekolah. Mereka menyanggupi dengan penuh tanggung jawab. Akhirnya dengan pembagian waktu yang berat, mereka berhasil meluncurkan Album I mereka yang meraih sukses di pasaran. Mereka langsung menjadi pesaing baru bagi grup Koes Plus yang telah mengeluarkan album volume 3.

Mencipta 700 Lagu

Sepanjang keberadaan Panbers, mereka telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan Melayu.  Mereka juga sudah membuat variasi lagu kurang lebih dalam 15 bahasa daerah Indonesia. Misalnya lagu “Gereja Tua” yang membuahkan piringan emas kesembilan untuk Grup Panbers telah dibuat dalam 10 versi bahasa daerah. Hal itu menjadi salah satu kekuatan grup ini, disamping keutuhan mereka yang tak pernah mengalami perseteruan dan perpecahan yang mengakibatkan bongkar pasang personil.

Kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album. Selama lebih dari 4 dekade sejak pemunculan pertama 1972 seluruh Indonesia dari Medan sampai Merauke sudah dikunjungi minus Banda Aceh. Berbagai panggung pertunjukan mulai Convention Hall kota-kota besar sampai lapangan bola terbuka di daerah-daerah terpencil pernah dijalani Panjaitan Bersaudara dalam rangka Tour-show.

Dalam perjalanan karier bermusiknya, Panbers telah menerima banyak anugerah penghargaan dari jumlah penjualan album yang mereka raih di pasaran maupun atas prestasi mereka. Sejak kemunculannya di TVRI pada 1972, Panbers mulai menerima penghargaan. Tahun 1975, Panbers menerima piringan emas untuk lagu “Bebaskan” yang digemari di tahun 1974 sampai 1975 dalam Angket Musik Indonesia. Tahun 1976 menerima piala khusus dari Bank Tabungan Negara. Hampir setiap tahunnya, Panbers memperoleh Angket Musik Indonesia Puspen Hankam. Antara lain dengan lagu; “Terlambat Sudah” tahun 1976, “Perantau” tahun 1977, dan lagu “Merana” tahun 1978. Seluruhnya ada 11 platinum.

 

 

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home