Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 17:56 WIB | Senin, 28 Oktober 2013

Yaya Toure Sang Penyeimbang Lapangan Tengah Manchester City

Yaya Toure, gelandang bertahan Manchester City (foto: telegraph.co.uk)

MANCHESTER, SATUHARAPAN.COM – Yaya Toure merupakan salah seorang penentu kuatnya lini tengah kesebelasan Manchester City. Pemain berkebangsaan Pantai Gading ini lahir pada 1983 ini memiliki kemampuan sebagai pesepakbola yang baik dalam bertahan dan juga dalam menyerang.

Tidak dapat dimungkiri, saat ini Manchester City—sejak menjuarai Liga Inggris musim 2011/2012—mulai diperhitungkan tidak hanya di Inggris tetapi di Eropa, karena revolusi besar-besaran yang dilakukan oleh pemiliknya dan banyak pemain besar hadir di Manchester City, salah satunya yakni gelandang bertahan, Yaya Toure.

Yaya Toure bergabung ke Manchester City tepat setelah satu musim sebelumnya dia membela Barcelona pada 2010 dan mengantar klub Spanyol tersebut ke tangga juara. Gelandang bertahan berpostur 191 cm ini direkrut Manchester City pada 2011/2012 bersamaan dengan klub pesaing Manchester United tersebut merekrut kakaknya, Kolo Toure.   

Yaya merupakan salah satu dari tiga bersaudara pesepakbola, bersama dengan dua saudaranya Kolo Toure (kini bermain di Liverpool) dan Ibrahim Toure (bermain di Al Safa, Lebanon).

Yaya memulai kariernya sebagai seorang pemuda di Pantai Gading yang bermain di klub lokal ASEC Mimosas pada 1996 sebelum ia pindah ke Beveren (Belgia) pada 2001, dan di klub Belgia tersebut dia meneruskan karirnya ke Ukraina, Metalurg Donetsk pada 2003.

Pada 2007 Yaya menjadi pemain pertama Pantai Gading yang direkrut Barcelona, dan kemudian pada 2009, dia menjadi pemain Pantai Gading pertama yang berhasil memenangkan Liga Champions Eropa, dan yang gelar kedua bagi Barcelona di ajang tertinggi di benua biru tersebut.  

Yaya Toure sangat mengidolakan Patrick Vieira yang  merupakan mantan pemain tim nasional Prancis keturunan Pantai Gading tersebut pernah memakai nomor punggung 24 saat di Barcelona, dan kemudian saat Yaya Toure bergabung di Manchester City dia mengubah nomor punggung favoritnya dari 24 ke 42.

Saat Yaya bermain di Barcelona merupakan pencapaian tertingginya, yakni saat dia dan Barcelona memenangi Liga Champions dan Piala Dunia Antar Klub pada 2009, dua kali juara Liga Spanyol 2008/2009 dan musim 2009/2010, Piala Super Eropa pada 2009 dan Piala Raja 2008/2009.

Dua pekan silam saat pertandingan Liga Champions Eropa antara Manchester City melawan CSKA Moscow, terjadi insiden yang sempat membuatnya tidak nyaman bermain sepak bola, tatkala pemain Pantai Gading ini mengalami pelecehan berdasarkan perbedaan warna kulit, atau yang sering disebut rasisme.

Sejumlah penonton klub asal kota Moskow tersebut menirukan suara simpanse setiap kali Yaya menggiring atau menyentuh bola.  Terkait penghinaan ini, Yaya telah bertemu dengan Wakil Presiden FIFA, Michael Webb pada Sabtu (26/10). Webb merespons dengan cepat dan mengatakan saat ini pihaknya akan membantu penyelidikan terkait kasusnya tersebut.

Yaya menyatakan akan kooperatif untuk kasus tersebut.

“Saya akan kooperatif dan bekerja sama dengan FIFA untuk hal ini, karena dengan adanya sosialisasi oleh FIFA kepada beberapa asosiasi sepakbola di berbagai negara,” lanjut Yaya.

Sementara Michael Webb awalnya belum tahu perihal penghinaan rasisme terhadap Yaya dan kini tahu tentang hal tersebut, setelah salah satu perwakilan FIFA tersebut datang ke pertandingan Chelsea melawan Manchester City guna menanyakan permasalahan tersebut.   

“Aku awalnya tidak tahu apa yang telah terjadi, dan aku ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu, oleh karenaitu aku hendak menanyakannya ke Toure,” kata Webb. 

Toure sehari setelah aksi rasisme di Moskow tersebut sempat mewacanakan untuk memboikot Piala Dunia apabila akan diselenggarakan di Eropa, namun ide tersebut tidak disetujui pelatih Chelsea, Jose Mourinho.

“Saya menghormati keputusannya, tapi saya tidak setuju,” kata pelatih Chelsea tersebut.

Mourinho menganggap ide tersebut aneh karena sesungguhnya sepakbola menyatukan ras, dan tidak perlu takut seperti itu. “Saya tidak setuju apabila Toure hendak melakukan aksi seperti itu, karena sejarah sepak bola sesungguhnya telah dibuat oleh banyak ras, dan pemain kulit hitam yang mampu memberi kontribusi,” kata Toure.  (mcfc.co.uk/ bbc.co.uk/lequipe.fr)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home