Loading...
BUDAYA
Penulis: Bayu Probo 21:21 WIB | Sabtu, 20 Desember 2014

“Asmaul Natal” Lagu Malam Kudus ala Sujiwo Tejo

Sujiwo Tejo mendalang saat acara peluncuran buku bertema ‘Menating Suratan untuk Indonesia’ dilangsungkan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Rabu (19/3). (Foto: dok. satuharapan.com/Ignatius Dwiana)

SATUHARAPAN.COM – Dalang Sujiwo Tejo memadukan tembang Jawa dan lagu Malam Kudus dalam video di Youtube. Diberi judul Asmaul Natal—nama kelahiran, semacam pujian kepada kelahiran Yesus Kristus.

Arum dalu, jroning ati, rep sidem swasono ...” begitulah sepenggal lirik dalam Asmaul Natal karya Sujiwo Tejo ini dilagukan dengan nada Malam Kudus mengungkapkan bahwa pada malam yang harum, di dalam hati kita, dan dalam suasana tenang telah lahir suatu nama, seorang nabi yang membawa kabar sukacita.

Dalam video yang diunggah pada 2 Desember 2014 ini Asmaul Natal dibuka dengan penggalan tembang Jawa Macapat, Dandanggula. “Pamintaku nimas sida asih, atut runtut tansah reruntungan, ing sarina sahariné ...” yang artinya permintaan kepada seseorang untuk selalu bersama-sama di ruang dan waktu.

Kemudian dilanjutkan dengan kidung Malam Kudus versi bahasa Jerman oleh paduan suara.

Stille Nacht! Heil'ge Nacht!
Alles schläft; einsam wacht
Nur das traute hoch heilige Paar.
Holder Knab' im lockigen Haar,
Schlafe in himmlischer Ruh!
Schlafe in himmlischer Ruh!

Dan berlanjut dengan lagu Malam Kudus.

Produksi video ini disutradarai Dodid Wijanarko, seorang sutradara film dokumenter, dengan pengaransemen Bintang Indrianto, biola Sutendri Yusuf, dan lantunan koor oleh Bianglala dan Sanctuary Gereja Kudus di Indonesia. Ada juga peran Sekar Melati.

Versi lengkap tembang Macapat Dandanggula berjudul Sidoasih ini adalah:

Pamintaku nimas sidoasih
Anut runtut tansah reruntungan
Ing sarino saharine
Datan ginggang sarambut
Lamun adoh caketing ati
Yen cedak tansah mulat
Yidoasih tuhu
Kadyo mimi lan mintuno,ayo bareng nimas anglakoni wajib, sidoasih bebrayan.

Saduran:
Permintaanku wahai kekasih
Selalu bersama-sama
Di ruang dan waktu
Tak berjarak meski cuma sehelai rambut
Kalau jauh dekat di hati
Kalau dekat berpandangan
Begitu sejatinya asmara
Seperti mimi dan mintuno
Ayo bersama melakukan panggilan sosial
Cinta kita berdua tak bermakna jika tak menjalarkan cinta pada sesama

Sujiwo Tejo menjelaskan di akun media sosial twitter dan pada satu pertemuan yang diunggah di Youtube pada 18 Desember lalu, bahwa ini semacam nama-nama terkait dengan kelahiran. Sebelumnya Sujiwo pernah melagukan 99 Asmaul Husna—99 nama-nama Allah, semacam pujian umat Islam kepada Tuhan. "Itu seingatku dulu pas ngaji ..." laki-laki Muslim ini menulis di Twitter @sudjiwotedjo.

Sujiwo Tejo

Dalam situs Wikipedia dijelaskan bahwa laki-laki yang bernama asli Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 52 tahun) adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karier di dunia seni yang lebih disenanginya. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama delapan tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Ia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".

Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibuatnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia sering menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home