Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 10:00 WIB | Minggu, 22 November 2015

Para Remaja Tunanetra Palestina Giat Berlatih Karate

Para Remaja Tunanetra Palestina Giat Berlatih Karate
Mo'men al-Bitar, remaja tuna netra dari Gaza, Palestina berusia 15 tahun saat berlatih karate. (Foto-foto: xinhuanet.com).
Para Remaja Tunanetra Palestina Giat Berlatih Karate
Mo'men al-Bitar, remaja dari Gaza, Palestina berusia 15 tahun (duduk) didampingi pelatih Hassan al-Ra'yi (berdiri) memberi instruksi kepada al-Bitar.

GAZA, SATUHARAPAN.COM – Sekelompok remaja tunanetra Palestina giat berlatih karate, keinginan mereka untuk berlatih karate karena ingin membela diri dan tanah airnya.

Menurut penuturan Mo'men al-Bitar, remaja dari Gaza, Palestina berusia 15 tahun, dia menginginkan dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan berarti.

"Alasan saya memutuskan untuk bergabung semacam ini olahraga pertama yang dapat membela diri di masa depan, dan kedua adalah untuk mengalahkan kebutaan saya karena anak-anak di lingkungan saya berpikir bahwa saya lemah dan tidak berani karena aku buta,” kata al-Bitar, yang tinggal di Sheikh Radwan di kota Gaza, seperti diberitakan Xinhua, hari Sabtu (21/11).

Bitar dan tujuh anak-anak lain yang berusia antara 6 sampai 17 tahun  mengenakan seragam karate putih, berdiri bersama-sama dalam satu baris mendengarkan dengan hati-hati instruksi pelatih karate mereka di tempat latihan karate Al-Mashtal Sports Club di kota Gaza barat.

Apabila dilihat sepintas tidak ada yang mengira bahwa delapan anak-anak ini buta. Mereka saling membantu dan  melompat ke udara, turun dan kemudian berdiri kokoh di kaki mereka.

Ketika pelatih karate Hassan al-Ra'yi mengatakan "Musubi Dachi," salah satu istilah khusus yang digunakan dalam karate–yang berarti berdiri dan siap–para Karateka Tunanetra berdiri menyamping satu sama lain dalam cara yang terorganisir dengan baik, mereka semua terlihat serius dengan tidak ada tertawa atau membuat kesalahan.

Anak-anak menggerakkan kaki dan tangan mereka dan berjalan langkah maju ketika pelatih mengucapkan istilah. Kemudian pelatih mengatakan istilah lain, anak-anak terus bergerak tangan dan kaki mereka seolah-olah mereka adalah satu orang.

Pelatih karate Hassan al-Ra'yi menjelaskan ketertarikannya mengajar karate bagi Tunanetra saat dia bertemu Yousef al-Sharif, seorang anak tunanetra, yang benar-benar ingin belajar sesuatu dan mengalahkan kebutaan.

“Yousef meminta saya melatih tidak hanya dia, tapi juga tujuh anak-anak lain, yang semuanya studi di sekolah yang sama untuk anak tunanetra di Gaza, dan saya setuju," kata al-Ra'ei.

Al-Ra'ei mengatakan bahwa beberapa bulan yang lalu, anak-anak mulai pelatihan intensif dengan dua jam per saja dan tiga kali seminggu.

"Saya merasa bahwa ada energi yang besar di dalam anak-anak ini, oleh karena itu, saya ingin memanfaatkan  energi ini dan membantu mereka mengalahkan kebutaan mereka,” kata dia.

Al-Bitar mengemukakan setiap kali selesai berlatih karate dia merasa lebih kuat dan percaya diri. “Pada saat yang sama, saya merasa  senang karena saya bisa melakukan sesuatu yang mirip bahwa anak-anak yang biasa lakukan," kata al-Bitar.

“Saya memiliki ambisi untuk menjadi pahlawan dan mewakili negara saya Palestina di kompetisi internasional," kata al-Bitar.

Al-Ra'ei mengatakan ketika ia mulai pelatihan dengan mengajarkan mereka arti dari setiap istilah karate.  

Al-Ra'ei mengatakan anak-anak tunanetra harus tetap fokus dalam pikiran mereka dan menghafal setiap gerakan, namun juga mengajarkan ketenangan karena lama-kelamaan anak didiknya  tahu bagaimana melakukan setiap gerakan secara profesional dan tanpa kesalahan.

Al-Ra'ei adalah mantan juara karate yang meraih sabuk hitam di karate. Dia meminta para pejabat Palestina yang bertanggung jawab olahraga untuk membantu anak-anak.

Menurut angka resmi dari Biro Statistik Palestina, ada 6.905 anak-anak Palestina Tunanetra, beberapa dari mereka dilahirkan dengan kebutaan dan lainnya terluka selama perang dan konflik dengan Israel.

Ketika Yousef al-Sharif, seorang anak 10 tahun, tahu bahwa ada wartawan yang datang untuk berbicara dengan dia dan mengambil gambar di aula, ia melompat ke udara, melakukan tendangan dan berdiri terus.

Kakek Yousef, al-Jamal Sharif bergembira karena cucunya memiliki keseimbangan dalam emosi, karena dahulu Yousef mudah marah. “Saya tahu  ia (Yousef, Red) memiliki energi yang besar dalam dirinya, sekarang energi ini keluar dan kami benar-benar merasa bahwa cucu kami menjadi pahlawan,” kata Al-Jamal Sharif. (xinhuanet.com).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home