Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 12:53 WIB | Sabtu, 26 Oktober 2013

Atlet Para Games Malaysia Ingin Diperlakukan Normal

Nurul (kiri) dan Abdul Rahman (kanan) saat pelepasan kontingen Malaysia (foto: sports24.com.my)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM – Dua atlet para games Malaysia, Nurul Fazirai Mat Hussin dan Abdul Rahman menyatakan tidak ingin mendapat perlakuan berbeda, dan ingin diperlakukan sama seperti atlet normal.

Kedua atlet para games dari Malaysia tersebut menyatakan masih sanggup hidup sehari-hari dengan normal, sama seperti saat mereka berlaga di lintasan atletik. Keduanya mengatakan saat pelepasan kontingen Malaysia yang akan berlaga di ASEAN Para Games 2014, di Kuala Lumpur pada Jumat (25/10).

Nurul Fazirai Mat Hussin (19) yang berhasil meraih medali emas pada atletik 200 meter pada ajang Asian Youth Paralimpiade (AYPG) atau pesta olahraga difabel usia junior 2013, di Kuala Lumpur, sebelumnya dia juga pernah memenangkan medali yang sama pada Asian Para Games di Tokyo pada 2009. Pemudi asal Kelantan, Malaysia ini mengatakan akan berpisah dengan teman-temannya yang satu usia dengannya dan akan meningkat ke kompetisi tingkat senior, apalagi usianya tahun depan tidak memungkinkan lagi masuk ke Asian Youth Paralimpiade.   

“Ini akan menjadi momen terakhir saya di AYPG terakhir saya, karena saya tidak akan memenuhi syarat untuk bersaing di Olimpiade mendatang karena usia saya. Harapan saya adalah ingin menjaga medali emas 200 meter dan 100 meter juga. Saya ingin membuat kesempatan terakhir ini menghitung dan pergi keluar dengan bangga,” kata Nurul.

Nurul yang lahir tanpa lengan kiri ini menambahkan motivasi pribadi berikutnya yakni mengharumkan nama Malaysia di APG 2014, Myanmar, tahun mendatang.  

“Tujuan berikutnya adalah menang di ASEAN Para Games awal tahun depan di Myanmar. Aku berhasil melewati tahap seleksi pertama dan saya akan menghadiri kedua bulan depan. Impian saya adalah untuk mewakili negara di tingkat senior,” kata Nurul.

Nurul bersaing dalam lari  di tiga nomor atletik yang berbeda yakni 100 meter , 200 meter dan 400 meter saat berlaga di AYPG 2013.

Nurul kurang sependapat dengan istilah bahwa penyandang atau atlet difabel yang digunakan di Malaysia, yakni istilah OKU (Orang Kurang Upaya). Nurul tidak sependapat karena itu merupakan label buruk dan memberi cap buruk pada atlet difabel

“Sejujurnya, aku tidak sangat menyukai istilah tersebut. Saya yakin orang-orang yang menyebut kami ' OKU ' tidak memiliki niat buruk, tetapi karena ada label seperti itu , dan saya dapat berbicara atas nama atlet-atlet yang lain bahwa kami seolah-olah terlahir untuk cacat. Dan itu sangat menghina. Kita orang normal,” tegas Nurul.

Dalam beberapa tahun belakangan, Malaysia yang senantiasa menduduki peringkat kedua perolehan medali akhir ASEAN Para Games (APG) telah melahirkan beberapa atlet paralympic (atlet dengan keterbatasan fisik) seperti atlet muda lontar martil Malaysia, Muhammad Ziyad Zolkefli yang menjadi juara dunia lontar martil di Kejuaraan Dunia Atletik di Lyon, Prancis pada 2013 ini.

Dukungan disampaikan rekannya, Abdul Rahman atlet penyandang celebral palsy di nomor atletik 100, 200 dan 400 meter.

“Tak terhitung lagi ucapan penghinaan yang saya terima, tetapi beberapa orang mulai berubah pikiran, terutama setelah saya berprestasi, dan sekarang, saya mendapatkan penghormatan yang pantas. Saya kurang setuju istilah ' OKU ' di Malaysia ini, terasa seperti penolakan sopan dari masyarakat,” kata atlet kelahiran Kuala Lumpur tersebut.

(sports24.com.my/ wikipedia.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home