Loading...
INSPIRASI
Penulis: Made Teddy Artiana 01:00 WIB | Minggu, 24 Januari 2016

Blue Ocean vs Red Ocean

Kuncinya: perubahan paradigma, kreatifitas, dan penciptaan.
Blue Ocean Strategy (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Istilah Blue Ocean Strategy pertama kali mengemuka dalam sebuah jurnal Hardvard Bussiness Review sekitar 2004. Pencetusnya adalah Prof. W. Chan Kim, seorang profesor strategy and management dari INSEAD, salah satu universitas terkemuka di Perancis. Seketika istilah blue ocean dan lawannya red ocean serta jargon andalan yang diusung ”How to make competition irrelevant” memenuhi dunia bisnis. Buku, audio, seminar, perdebatan dan ratusan artikel pun membahasnya.

Secara sederhana Blue Ocean Strategy dapat dipahami sebagai berikut: Ketimbang babak belur bersaing dalam sebuah kategori bisnis yang penuh sesak (red ocean), mengapa tidak berenang-renang dalam sebuah blue ocean dengan cara menciptakan trend atau demand (kebutuhan) baru. Beberapa kata kunci yang sangat penting adalah: perubahan paradigma, kreatifitas, dan penciptaan.

Jika direnungkan secara lebih dalam, ternyata red ocean mewakili sebuah keadaan paradigma yang menganggap bahwa segala sesuatunya tersedia demikian terbatas, sehingga perlu diperebutkan. Sementara blue ocean diawali dengan sebuah paradigma yang sama sekali bertolak-belakang: melalui kreatifitas positif, banyak hal baru yang dapat tercipta.

Mungkin kita tidaklah terlalu percaya terhadap paradigma ”melimpah”. Tetapi, ketika dunia sekuler lewat analisis dan riset ilmiah pun akhirnya menyajikan hal serupa, rasanya kita seharusnya mulai tergoda untuk percaya bahwa  segala sesuatu sebenarnya memang tersedia secara melimpah untuk semua. 

Namun demikian, keputusan memang selalu kembali kepada kita. Apakah kita akan hidup tetap dalam sebuah red ocean ataukah kita berani menyeberang dan menikmati pengalaman blue ocean. Semuanya mengenai pilihan yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran. Karena apa yang kita percayai akan selalu mewujud dan kemudian mengikuti kita kemana pun kita pergi.

Tidaklah mengherankan jika mereka—baik individu maupun perusahaan—yang memiliki paradigma blue ocean kemudian lebih sejahtera dibandingkan mereka yang bermental red ocean.

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home